Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai (UPT PPP) Pondokdadap mendapatkan kesempatan atas rekomendasi dari DIrektorat Pelabuhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengikuti Webinar Blue Port Initiative. Webinar ini merupakan pertemuan daring yang diadakan oleh Fisheries Division (NFI) Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Pertemuan ini dilaksanakan selama dua hari, yakni pada Hari Rabu (23/06) dan Kamis (24/06), dimulai pada pukul 14:00 Central European Standart Time, atau sekitar Pukul 19:00 Waktu Indonesia Barat. Webinar ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membahas dan menyetujui detail dari Blue Port Initiative untuk kemudian ditentukan langkah – langkah terkait strategi implementasi yang dapat mulai dilakukan oleh Pelabuhan Perikanan di seluruh dunia. Selain itu, pertemuan ini juga bermaksud untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan pengelola pelabuhan perikanan di dalam mengenal konsep Blue Port untuk meningkatkan keseimbangan dan keberlanjutan pembangunan di kawasan kerja masing – masing. Di dalam pertemuan ini tiap – tiap pengelola pelabuhan juga diharapkan untuk dapat memberikan saran dan masukan mengenai desain dari Blue Port Initiative, usulan poin – poin dari dokumen Guideline untuk menjadi Blue Port, serta dapat bertukar pengalaman dengan Negara lain mengenai pelaksanaan tata kelola pelabuhan yang berwawasan lingkungan serta tantangan pelabuhan di dalam menemukan wangsa pasar produk perikanan yang dihasilkan yang didukung oleh kejelasan ketertelusuran produk yang didaratkan.
Acara ini dibuka pada hari pertama dengan sambutan yang disampaikan oleh NFI, FAO, Regional Ministry of Xunta de Galicia, Spain, President of Spanish National Ports Authority, dan President of Port of Vigo Authority. Acara kemudian dilanjutkan dengan panel sesi pertama dimana tema yang diangkat adalah Key issues for fishing ports sustainable management atau Isu – isu penting mengenai pelaksanaan tata kelola pelabuhan yang berkelanjutan. Pada panel pertama ini terdapat enam materi, materi pertama yakni Engaging ports in Marine Spatial Planning yang disampaikan oleh Ms. Michele Quesada da Silva selaku MSP global Coordinator for the Southeast Pacific yang membahas mengenai pentingnya pola spasial di dalam tata guna lahan pelabuhan perikanan untuk mendukung desain Blue Port. Materi kedua merupakan Sustainable Ports Partnership yang disampaikan oleh Mr. Amiel Blajchman dari Maritime and Ports Sector World Bank yang membahas mengenai kemungkinan kerjasama antar pelabuhan untuk bertukar informasi dan teknologi. Materi ketiga merupakan Access to markets. The role of ports on traceability oleh Mr. Felix Leinemann selaku Head of Unit DG Mare A.2 yang membahas mengenai pentingnya ketertelusuran produk perikanan di dalam memasuki pasar internasional. Materi selanjutnya disampaikan oleh Mr. Brice Martin-Castex selaku Acting Head, Dept. for Member State Audit & Implementation Support International Maritime Organization, IMO. Materi selanjutnya disampaikan oleh Mr. Brandt Wagner selaku Head of Transport and Maritime Unit International Labour Organization, ILO yang menyampaikan mengenai ILO’s work in the fishing and ports sectors. Materi selanjutnya merupakan Data Collection, yang disampaikan oleh Mr. Panagiotis Karfakis dari ESA, FAO. Sedangkan materi terakhir merupakan Port greening. CO2 footprint yang disampaikan oleh Mr. Carlos Botana selaku Head of Department of Sustainability Port of Vigo Authority. Acara ini sendiri terlaksana menggunakan dua bahasa, yakni Inggris dan Spanyol.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap selaku perwakilan dari Indonesia menyampaikan materi mengenai Indonesia Case Study pada sesi panel kedua. Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Ady Candra selaku Direktur Pelabuhan Perikanan DJPT KKP. Dalam panel ini juga disampaikan studi kasus dari Negara Peru oleh Mr. Edgar Patiño selaku President of National Port Authority. Acara pada hari pertama diakhiri dengan penyampaian Blue Port definition and Technical Guidance to become a Blue Port oleh Mr. Jose Estors dari NFI FAO dan dilanjutkan dengan sesi diskusi.
Hari kedua dilanjutkan dengan sesi panel, dimana para ahli perikanan tangkap yang terpilih dari seluruh dunia dikumpulkan untuk memberikan saran dan masukan mengenai langkah implementasi dan kemungkinan kendala atau tantangan di dalam melaksanakan blue port. Panel pertama membahas tantangan pengelolaan pelabuhan perikanan dan usaha industry terkait yang dibahas oleh empat orang pakar, yakni Mr. Krishan Kent dari European Fish Processors Association (AIPCE), Mr. Ángel Matamoro dari Nueva Pescanova, Mr. David K. Schorr dari Global Dialogue on Seafood Traceability , dan Ms. Britta Gallus dari Metro AG. Panel ini diselingi dengan materi mengenai ketertelusuran produk perikanan, yang disampaikan oleh Ms. Jenny Barker Chief of Party, SALT yang menyampaikan mengenai Fish Wise-Seafood Alliance for Legality and Traceability. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi panel yang membahas mengenai tantangan dan solusi atas pengelolaan pelabuhan perikanan dari berbagai Negara, yakni Korea Selatan, Brazil, dan Mozambique. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab dan ditutup dengan pengambilan kesepakatan dan kesimpulan atas pertemuan yang telah dilaksanakan, dimana dalam waktu 10 bulan, diharapkan telah terbit panduan mengenai Blue Port untuk dapat diaplikasikan oleh tiap – tiap pengelola pelabuhan perikanan di dalam mendukung terwujudnya usaha perikanan tangkap yang seimbang secara ekonomi dan sosial, serta mampu menjaga keberlangsungan lingkungan hidup yang ada disekitarnya.